TUGAS ILMU BUDAYA DASAR
'
TUGAS KELOMPOK WAWANCARA ADAT BANJAR
KELOMPOK :
- FITRA RAMADHANIA
- MUTIARA AYU
- PRADANA YOGA
- WAHYU AJI
KELAS : 1EA09
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Jakarta, 09 November 2016
Fitra ramadhania
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG.........................................................................................................1
1.2 UNSUR BUDAYA JAWA TIMUR..........................…………………….............................1-10
BAB II MAKNA DARI TRADISI PERNIKAHAN ………………………………………………......….................11
BAB III ALUR PERNIKAHAN ADAT BANJAR
3.1TAHAPAN PERNIKAHAN ADAT BANJAR ....................…………………………….................12-13
3.TRANSKIP WAWANCARA DENGAN NARASUMBER..........................…………………….......................13-14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki bermacam- macam suku, kebudayaan dan bangsa. Kebudayaan yang beraneka ragamtersebut tentu dapat terjadi karena perbedaan suku yang sangat terlihat pada setiap wilayahdan daerah di Indonesia. Tentu saja ini menjadi sebuah tradisi yang turun- temurun sejak dahulu.Kebudayaan ini tentu saja harus kita pelihara dan lestarikan keberadaannya, inimerupakan bekal untuk generasi yang akan datang agar mereka juga bisa mengetahui danmelihat keindahan, keunikkan dan keaslian dari kebudayaan tersebut.Pada kesempatan kali ini, penulis ingin memberitahu tentang kebudayaan yangada di Indonesia. Khususnya kebudayaan yang berada di daerahKalimantan Selatan yaitu³suku Banjar´.Melihat keunikkan dari daerah Kalimantanselatan ini sendiri, kami tertarik untuk membahasnya lebih lanjut.
1.2 Unsur-Unsur Kebudayaan
- Bahasa suku banjar
Bahasa banjar adalah bahasa daerah kalimantan selatan yang dipergunakan oleh suku banjar. Bahasa Banjar merupakan anak cabang bahasa yang berkembang dari Bahasa Melayu.Asal bahasa ini berada di provinsi Kalimantan Selatan yang terbagi atas BanjarKandangan, Amuntai, Alabiu, Kalua, Alai, dan lain-lain. Beberapa kata-kata dalam bahasa banjar untuk kata ganti orang berdasarkan tingkatannya:
( halus ) Ulun = Saya ; ( Sam) Piyan/ ( an), dika = Kamu
( netral / sepadan)Aku, diyaku = aku ; Ikam, kawu = kamu
( agak kasar )Unda, sorang =aku ; Nyawa = kamu.
Kalau diperhatikan pembicara-pembicara bahasa Banjar dapat diidentifikasi adanya variasi-variasi dalam pengucapan ataupun perbedaan-perbedaan kosa kata satu kelompok dengan kelompok suku Banjar lainnya, dan perbedaan itu dapat disebut dialek dari bahasa Banjar yang bisa dibedakan antara dua dialek besaryaitu:
Bahasa Banjar Hulu Sungai/Bahasa Banjar Hulu
Bahasa Banjar Kuala
Dialek Banjar Kuala umumnya dipakai oleh penduduk asli sekitar kota Banjarmasin, Martapura dan Pelaihari. Sedangkan dialek Banjar Hulu adalah bahasa Banjar yang dipakai penduduk daerah Hulu Sungai umumnya yaitu daerah Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara (danBalangan) , Tabalong, Amuntai, Alabiu, Kalua, Kandangan. Pemakai dialek Banjar Hulu ini jauh lebih luas dan masih menunjukkan beberapa variasi subdialek lagi
Suku Banjar merupakan penduduk asli sebagian wilayah propinsi Kalimantan Selatan.Mayoritas masyarakatnya menganut agama Islam.Pengkategorian atas berbagai sistem kepercayaan yang ada ini dalam masyarakat Banjar sebagian berdasarkan atas kesatuan-kesatuan sosial yang menganutnya.Dalam ungkapan lain, istilah Islam Banjar setara dengan istilah-istilah berikut: Islam di Tanah Banjar, Islam menurut pemahaman dan pengalaman masyarakat Banjar, Islam yang berperan dalam masyarakat dan budaya Banjar, atau istilah-istilah lain yang sejenis, tentunya dengan penekanan-penekanan tertentu yang bervariasi antara istilah yang satu dengan lainnya.
Kepercayaan yang berasal dari ajaran Islam bukanlah satu-satunya kepercayaan religius yang dianut masyarakat Banjar, sistem ritual dan sistem upacara yang diajarkan Islam bukanlah satu-satunya sistem upacara yang dilakukan.Keseluruhan kepercayaan yang dianut orang Banjar menurut beberapa Sejarawan Banjar telah dibedakan menjadi tiga kategori.Yang pertama ialah kepercayaan yang bersumber dari ajaran Islam.Isi kepercayaan ini tergambar dari rukun iman yang ke enam.Kedua, kepercayaan yang berkaitan dengan struktur masyarakat Banjar pada zaman dahulu, yaitu pada masa sultan-sultan dan sebelumnya.Orang-orang Banjar pada waktu itu hidup dalam lingkungan keluarga luas, yang dinamakan bubuhan dan juga bertempat tinggal dalam lingkungan, bubuhan pula.Kepercayaan demikian ini selalu disertai dengan keharusan bubuhan melakukan upacara tahunan, yang biasa dinamakan sebagai aruh tahunan.Ketiga, kepercayaan yang berhubungan dengan beragam tafsiran dari masyarakat atas alam lingkungan sekitarnya, yang mungkin adakalanya berkaitan pula dengan kategori kedua.kepercayaan.Untuk kategori pertama mungkin lebih baik dinamakan kepercayaan Islam, kategori kedua kepercayaan bubuhan dan kategori ketiga kepercayaan lingkungan.
- Pengetahuan suku banjar
Dalam setiap suku bangsa pasti mempunyai sistem pengetahuan masing-masing begitu juga dengan suku banjar yang ada di Kalimantan Selatan,dimana sistem pengetahuan ini di dapatkan dari warisan turun-temurun nenek moyang suku Banjar itu sendiri maupun belajar dari daerah lain .Sistem pengetahuan ini digunakan untuk menghadapi tantangan kehidupan yang kompleks. Suku Banjar pada umumnya mempunyai pengetahuan tentang:
1. Pengetahuan tentang Alam sekitar/tempat tinggal.
Pengetahuan suku banjar tentang alam sekitar,yaitu pengetahuan mengenai musim-musim,dan gejala alam.Pengetahuan tentang musim ini digunakan masyarakatnya untuk menentukan kapan musim tanam bagi mereka yang bertani,sedangkan bagi yang bermata pencaharian melaut musim digunakn untuk mengetahui kapan musim yang baik untuk pergi melaut.
2. Pengetahuan tentang Fauna dan Flora di daerahnya.
Pengetahuan tentang Flora ini berfungsi untuk mengetahui tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar mereka,tumbuh-tumbuhan apa saja yang dapat dijadikan sayur serta tumbuh-tumbuhan yang digunakan untuk pengobatan suatu penyakit dan tumbuh tumbuhan yang digunakan untuk upacara keagamaan.
Pengetahuan tentang Fauna merupakan pengetahuan mengenai binatang-binatang yang ada dan hidup di lingkungan alam mereka.Bagi masyarakat yang suka berburu atau bermata pencaharian berburu pengetahuan ini sangat penting karena untuk mengetahui binatang apa saja yang dapat diburu serta mengetahui daerah buruan.Bagi masyarakat petani pengetahuan tentang fauna ini juga sangat penting untuk menjaga tanaman mereka dari binatang yang dapat merusaknya.Tetapi petani juga dapat mengetahui binatang yang dapat dipelihara dan dimanfaatkan untuk menjaga tanaman mereka seperti Anjing yang dapat dilatih untuk untuk menjaga tanaman petani dari gangguan binatang lain seperti Babi dan Anjing juga bisa digunakan untuk berburu.
3. Pengetahuan tentang Pengobatan Tradisional.
Pengetahuan tentang Pengobatan Tradisional,pengobatan tradisional ini ada yang didapat dari keturunan yang di wariskan secara turun-temurun ataupun dari belajar.Dalam pengobatan tradisional ini bahan yang digunakan untuk obat berasal dari tumbuh-tumbuhan yang ada di sekitar mereka.Tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat obat ini hampir diketahui oleh semua suku Banjar karena selalu digunakan untuk penyakit yang mereka ketahui,penyebarannya pun lewat mulut ke mulut. Pengobatan Tradisional ini penyembuhannya ada dengan tindakan jasmani dan ada dengan tindakan rohani.Tindakan pengobatan secara jasmani ini yaitu tukang urut atau tukang pijat,Bidan beranak/melahirkan,yang mana pengetahuan ini mereka dapat dari orang tua atau keluarga karena faktor keturunan.
Pengobatan melalui tindakan Rohan.Orang yang mempunyai pengetahuan ini terbagi dua yang pertama mereka yang mempunyai pengetahuan agama yang luas,pengobatan ini menggunakan doa-doa atau ayat-ayat dari Al Quran yang ditiupkan kedalam air dan air itu diminumkan atau diusapkan ke muka si sakit.Kedua mereka yang mempunyai ilmu kebatinan dimana keberadaannya dibenarkankan oleh masyarakat karena terbukti dari penyembuhan penyakit yang mereka lakukan. Dengan pengetahuan tentang pengobatan tradisional ini,masyarakat mempunyai pandangan terhadap jenis penyakit yang ada di sekitar mereka.
4. Sistem pengetahuan tentang waktu
Nama bulan, hari dan penyebutan waktu dalam sehari semalam yang di gunakan masyarakat Banjar,adalah mengadopsi dari bahasa Arab.
5. Sistem ilmu pengetahuan
Ciri khas sistem ilmu pengetahuan banjar, berkembangnya pendidikan tradisional, utamanya pendidikan agama islam yang dikenal sebagai ‘pengajian’. Pelajaran yang di berikan oleh tuan guru dalam pengajian adalah tauhid, fiqih danilmu tasawuf.
- Pencahariaan suku banjar
Orang Banjar dikenal dengan julukan masyarakat air (`the water people') karena adanya pasar terapung, tempat perdagangan hasil bumi dan kebutuhan hidup sehari-hari di sungai-sungai kota Banjarmasin, ibukota Propinsi Kalimantan Selatan.
Sebagian besar mereka hidup bertani dan menangkap ikan. Sekarang banyak pula yang bergerak dalam bidang perdagangan, transportasi, pertambangan, pembangunan, pendidikan, perbankan, atau menjadi pegawai negeri. Selain itu, mereka mempunyai keahlian menganyam dan membuat kerajinan permata yang diwariskan secara turun temurun. Upacara-upacara adat masih dipertahankan. Kekayaan alam dan kesuburan tanah tempat orang Banjar ternyata tidak otomatis meningkatkan taraf hidup mereka. Hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana transportasi (kondisi jalan dan angkutan) yang terbatas menyebabkan produk pertanian dan non pertanian mereka sulit untuk dipasarkan. Selain itu, kesulitan mendapat modal juga mengurangi ruang gerak mereka.
Melihat corak ekonominya, maka dapat dibagi menjadi beberapa sub bidang yaitu:
1. Pertanian
Kehidupan masyarakat Banjar tidak lepas dengan kehidupan agrarisnya, mengingat kebanyakan penduduk Kal-Sel menyandarkan pendapatannya dalam bidang ini, walaupun untuk usaha sampinganpun juga dilakukan apalagi bagi penduduk yang bertempat tinggal didataran rendah, dataran tinggi, rawa dan dekat sungai. Dalam hal istilah dalam bertani sendiri, masing-masing mempunyai kata tersendiri untuk menyebutkannya seperti:
a. Khusus dataran tinggi, ada beberapa kriteria penyebutan seperti: Ladang Tegalan atau Bahuma Gunung
Biasanya dilakukan oleh masyarakat yang bermukim didaerah pegunungan seperti pengunungan meratus yang sistemnya masih menggunakan sistem tebang-bakar atau swidden (berpindah) yang menggunakan sistem siklus apabila lahan yang telah digunakan nantinya dapat kembali ditanami apabila telah menjadi belukar. Ini mungkin memerlukan waktu yang relative lama, tetapi karena telah menjadi kebiasaan maka nantinya tanah tersebut akan tetap diolah.
b. Khusus dataran rendah, menyebutnya dengan istilah:
Sawah untuk membedakan antara pertanian dataran tinggi dan rendah dimana pada pertanian dataran rendah sendiri berada dialiran sungai-sungai besar yang ada di Kalimantan Selatan, dibedakan menjadi:
1. Sawah Tahun
Umur padinya sampai berumur 1 tahun, biasanya dilakukan oleh masyarakat yang tersebar didaerah khusunya seluruh Kal-Sel.
2. Bahuma Surung
Menanam bibit padi dilakukan pada saat musim kemarau tiba, dengan panennya saat musim hujan. Bahuma surung ini dilakukan Urang Banjar hanya sebagai penyeling Sawah Tahun, hingganya lahan tidak terlantar dan tidak akan menjadi lahan tidur.
3. Bahuma Rintak
Kebalikan dari bahuma surung maka pelaksanaannya dapat dilakukan pada saat musim penghujan, sedangkan panennya dilakukan pada saat kemarau.
4. Bahuma Gadabung
Sama seperti pada sawah tahun, hanya saja dalam hal perbedaan penanaman bibitnya menyesuaikan dengan keadaan musim.Bahuma Gadabung sudah tidak dilakukan lagi mengingat musim yangb tidak menentu.
5. Bahuma Penyambung
Mengingat kemungkinan musim hujan yang lama maka dilakukanlah bahuma penyambung ini agar tidak terjadi kegagalan panen pada saat musim yang tidak menentu.
2. Berkebun
Berkebun merupakan kegiatan masyarakat yang dilakukan di dataran rendah dan di dataran tinggi sesuai dengan geografis wilayahnya, usaha berkebun ini sebagai usaha jangka panjang yang dilakukan. Adapun berkebun yang dilakukan urang banjar diklasifikasikan menjadi:
1. Kebun rumbia
Jenis perkebunan ini ditanam di dataran rendah yang dialiri sungai –sungai besar seperti sungai Bahan, Negara, dan sungai tapin. Hasil dari perkebunan ini adalah sagu, daunnya untuk atap, dan pelepahnya untuk membuat lampit, hati atau paya digunakan untuk makan ternak yaitu untuk pangan itik.Begitu bermanfaatnya rumbia sebagai usaha bidang perkebunan maka usaha ini masih banyak dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Tapin.
2. Kebun nyiur
Merupakan perkebunan kelapa yang berada didataran rendah yang biasanya ditanam diatas tanggul atau galangan dan parit-parit berupa jalur-jalur untuk membawa buah yang dipetik dengan cara menghayutkan buah kelapa tersebut di parit-parit.
3. Kebun pisang
Pengusahaan Pohon pisang juga dilakukan didataran rendah, yang ditanam digalangan sawah.
4. Kebun paring atau bamboo
Kebun paring banyak terdapat didaerah-daerah dataran tinggi yang kadang terlihat seperti hutan bamboo, karena jarak yang berdekatan. Bisanya digunakan sebagai bahan baku untuk membuat kerajianan alat penangkapan ikan, dan anyaman bambu.
5. Kebun hanau atau enau
Jenis pekebunan ini ditanam didaerah pegunungan dengan hawa sejuk, proses pengambilan sarinya disebut menyadap seperti pada karet. Hanau atau enau ini merupakan salah satu bahan baku untuk membuat gula merah atau gula habang.Dalam proses penyadapan, orangnya harus naik keatas pohon untuk mengambil sari atau nira dan diletakkan didalam bumbung atau sejenis batang pohon bambu yang besar untuk menyimpannya, setelah beberapa jam (saat nira telah habis menetes yang terkandung) maka bumbung yang telah berisi cairan enau tadi diambil dan disaring untuk memisahkan sari dari kotoran-kotoran yang ada didalamnya, maka proses selanjutnya adalah perebusan sari sampai cairan tersebut mengental, untuk menghasilkan warana gula merah yang bagus (kekuning-kuningan) maka oleh sebagian orang diberi parutan kemiri secukupnya. Maka proses terakhir adalah penuangan sari kedalan cetakan khusus.
6. Kebun karet
Hampir diseluruh pelosok Kalimantan-Selatan terdapat perkebunan karet, mengingat pengusahaan bidang ini dirasa sangat menguntungkan bagi orang yang mengusahakannya, khususnya adalah di daerah dataran tinggi seperti: Kabupaten Tanjung, Tabalong,HSU, HST, HSS dan Tapin yang mengusahakan lahannya untuk perkebunan karet. Secara umum penjualan hasil karet ini terdapat di daerah Tanjung.
7. Kebun lurus
Diusahakan didataran tinggi, dan dimanfaatkan untuk usaha perkayuan, sebagai bahan baku meubel.
8. Kebun buah-buahan bermusim
Untuk kebun buah-buahan bermusim seperti: rambutan, langsat atau duku, tiwadak atau cempedak, dan jenis buah-buahan yang ada pada bulan-bulan tertentu, jenis buah-buahan ini tersebar di seluruh pelosok Kalimantan Selatan.
3. Perikanan
1. Perikanan darat
2. Perikanan disungai besar
3. Kumpai Paiwakan
Jenis pengusahaan perikanan ini umumnya berada di tepian sungai-sungai besar dengan memanfaatkan media enceng gondok (ilung) dan batang-batang pohon yang disatukan, dengan media ini maka ikan-ikan yang hidup di sungai bersarang pada media tersebut.
1. Raba
Sama halnya dengan kumpai paiwakan maka media yang digunakan adalah batang pohon dan enceng gondok.Namun, pemeliharaan ikan ini lebih dkhususkan sebagai tempat memancing dan menombak ikan yang hidup didalamnya.
2. Danau
Daerah Kalimantan Selatan terdapat dua buah danau yaitu danau panggang di Kabupaten Hulu Sungai Utara dan danau bangkau di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, ada berbagai macam ikan yang dihidup didanau tersebut, penangkapannyapun masih menggunakan alat-alat tradisional yang disesuaikan dengan pola musim.
3. Sungai paiwakan
Anak-anak sungai ditujukan kedaerah rawa untuk kemudian sebagai tempat perkembangan ikan dengan menggunakan penghalang yang terbuat dari bamboo, pada saat musim penghujan maka penghalang antara anak sungai dengan rawa ini dibuka dimaksudkan agar ikan-ikan ini kemudian tertampung di air rawa.
4. Sumur paiwakan
Hampir sama dengan sungai paiwakan, tetapi biasanya jauh dari tepi sungai, hingganya terdapat kesulitan untuk mengambil hasil ikan dari sumur paiwakan ini.
5. Pirungkang
6. Perikanan laut
4. Peternakan
1. Peternakan kerbau atau hadangan (dilakukan di daerah dataran rendah dan dataran tinggi)
2. Peternakan sapi
3. Peternakan itik
4. Peternakan ayam rumah
5. Meramu
Kegiatan meramu yang ada di masa sekarang ini yaitu:
1. Meramu galam
2. Meramu kapur naga, papung, dan balangiran.
3. Meramu halayung dan sirang
4. Meramu rotan
6. Kerajinan tangan
Ada beberapa jenis kerajinan yang berkembang di Kalimantan Selatan antara lain:
1. Penggosokan intan dan batu-batu alam
2. Kerajinan dengan media daun-daunan (misalnya daun rumbia)
3. Kerajinan rotan
4. Kerajinan jangkang
5. Pertukangan rumah
6. Tukang mas
7. Kerajinan kuningan
8. Pandai besi
9. Kerajinan gerabah
10. Kerajinan pembuatan kain tradisional
11. Kerajinan pembuatan alat penangkap ikan
12. Pembuatan anyaman purun
13. Kerajinan sulam-menyulam dan membordir
14. Pembuatan kue-kue tradisional
15. Kerajinan anyaman bamboo
7. Kegiatan perdagangan
Kegiatan perdagangan ini berkembang pada masyarakat yang bertempat tinggal di bantaran sungai, bidangnya sendiripun ada berbagai macam perdagangan yang dijalankan oleh masyarakatnya sesuai dengan tingkat keperluan. Namun, ada ciri khas dalam kegiatan berdagang itu sendiri yakni dikenalnya system penyambangan atau pembalantikan (sebagai pedagang perantara antara produsen utama dengan konsumen tingkat lanjut yang biasanya menunggu ditempat-tempat tertentu untuk membeli secara langsung barang-barang yang akan dijual langsung dari produsen).
- keseniaan suku banjar
Masyarakat Banjar telah mengenal berbagai jenis dan bentuk kesenian, baik Seni Klasik, Seni Rakyat, maupun Seni Religius Kesenian yang menjadi milik masyarakat Banjar. Suku Banjar mengembangkan seni dan budaya yang cukup lengkap, walaupun pengembangannya belum maksimal, meliputi berbagai cabang seni. Seni ukir dan arsitektur tradisional Banjar tampak sekali pembauran budaya, demikian pula alat rumah tangga, transportasi, tari, nyanyian, dan sebagainya.
1. Seni tari
Seni Tari Banjar terbagi menjadi dua, yaitu seni tari yang dikembangkan di lingkungan istana (kraton), dan seni tari yang dikembangkan oleh rakyat. Seni tari daerah Banjar yang terkenal misalnya:
Tari Baksa Kembang, dalam penyambutan tamu agung.
Tari Baksa Panah
Tari Baksa Dadap
Tari Baksa Lilin
Tari Baksa Tameng
Tari Radap Rahayu
Tari Kuda Kepang
Tari Japin/Jepen
Tari Tirik Kuala
Tari Gandut
Tari Tirik
Tari Babujugan
Tari Jepen Lenggang Banua
Tari Japin Hadrah
Tari Tameng Cakrawati
Tari Alahai Sayang
2. Seni karawitan
a. Gamelan banjar
- Gamelan banjar tipe keratin
- Gamelan banjar tipe rakyatan
3. Lagu daerah
Lagu daerah Banjar yang terkenal misalnya :
a. Seni ayaman
Seni anyaman dengan bahan rotan, bambu dan purun sangat artistik. Anyaman rotan berupa tas dan kopiah.
b. Seni lukisan kaca
Seni lukisan kaca berkembang pada tahun lima puluhan, hasilnya berupa lukisan buroq, Adam dan Hawa dengan buah kholdi, kaligrafi masjid dan sebagainya. Ragam hiasnya sangat banyak diterapkan pada perabot berupa tumpal, sawstika, geometris, flora dan fauna.
c. Seni tatah/ukir
Motif jambangan bunga dan tali bapilin dalam seni tatah ukir Banjar seni ukir terdiri atas tatah surut (dangkal) dan tatah babuku (utuh). Seni ukir diterapkan pada kayu dan kuningan. Ukiran kayu diterapkan pada alat-alat rumah tangga, bagian-bagian rumah dan masjid, bagian-bagian perahu dan bagian-bagian cungkup makam. Ukiran kuningan diterapkan benda-benda kuningan seperti cerana, abun, pakucuran, lisnar, perapian, cerek,sasanggan, meriam kecil dan sebagainya. Motif ukiran misalnya Pohon Hayat, pilin ganda, swastika, tumpal, kawung, geometris, bintang, flora binatang, kaligrafi, motif Arabes dan Turki.
d. Pencak silat kuntau banjar
Pencak Silat Kuntau Banjar adalah ilmu beladiri yang berkembang di Tanah Banjar dan daerah perantauan suku
Rumah adat Banjar ada beberapa jenis, tetapi yang paling menonjol adalah Rumah Bubungan Tinggi yang merupakan tempat kediaman pangeran/raja (keraton). Jenis rumah yang ditinggali oleh seseorang menunjukkan status dan kedudukannya dalam masyarakat. Jenis-jenis rumah Banjar:
Miniatur jukung gundul suku Banjar
Jukung adalah transportasi khas Kalimantan. Ciri khasnya terletak pada teknik pembuatannya yang mempertahankan sistem pembakaran pada rongga batang kayubulat yang akan dibuat menjadi jukung. Jenis Jukung:
Wayang Banjar terdiri dari :
BAB II
2. Makna dari tradisi pernikahan
* Bahurup Palimbaian ; sewaktu masih dalam posisi berdiri kedua mempelai bertukat bunga tangan.
Maknanya : kedua mempelai optimis terhadap hari-hari mendatang yang akan mereka jalani dengan penuh keceriaan, bagai harumnya bunga tangan mereka.
* Bahurup Sasuap ; kedua mempelai duduk bersanding lalu saling menyuapkan sekapur sirih (terdiri dari sirih, pinang, kapur, gambir).
Maknanya : mereka sudah saling membulatkan tekad untuk menempuh pahit, getir, manis dan perihnya kehidupan dan mengatasinya dengan seia sekata.
* Bakakumur ; setelah mengunyah sekapur sirih, kedua mempelai berkumur dengan air putih, lalu air bekas kumur dibuang ke dalam tempolong.
Maknanya : segala hal yang kurang baik segera di buang, sehingga dalam memasuki perkawinan kedua mempelai dalam kondisi bersih dan ikhlas.
* Batimbai Lakatan ; mempelai wanita melemparkan segenggan nasi ketan ke pangkuan mempelai pria, lalu oleh mempelai pria dilemparkan kembali ke pangkuan mempelai wanita.
* Batapung atau batutungkal ; para tertua dari kedua keluarga memberikan sentuhan dengan memercikan ramuan (air bunga, minyak likat baboreh dan minyak wangi) pada ubun-ubun , bahu kiri dan kanan, dan pangkuan mempelai.
Maknanya : agar perjalanan perkawinan mempelai selalu mendapat dukungan , bimbingan dan berkah dari pihak keluarga serta pinisepuh.
Maknanya : kedua mempelai optimis terhadap hari-hari mendatang yang akan mereka jalani dengan penuh keceriaan, bagai harumnya bunga tangan mereka.
* Bahurup Sasuap ; kedua mempelai duduk bersanding lalu saling menyuapkan sekapur sirih (terdiri dari sirih, pinang, kapur, gambir).
Maknanya : mereka sudah saling membulatkan tekad untuk menempuh pahit, getir, manis dan perihnya kehidupan dan mengatasinya dengan seia sekata.
* Bakakumur ; setelah mengunyah sekapur sirih, kedua mempelai berkumur dengan air putih, lalu air bekas kumur dibuang ke dalam tempolong.
Maknanya : segala hal yang kurang baik segera di buang, sehingga dalam memasuki perkawinan kedua mempelai dalam kondisi bersih dan ikhlas.
* Batimbai Lakatan ; mempelai wanita melemparkan segenggan nasi ketan ke pangkuan mempelai pria, lalu oleh mempelai pria dilemparkan kembali ke pangkuan mempelai wanita.
* Batapung atau batutungkal ; para tertua dari kedua keluarga memberikan sentuhan dengan memercikan ramuan (air bunga, minyak likat baboreh dan minyak wangi) pada ubun-ubun , bahu kiri dan kanan, dan pangkuan mempelai.
Maknanya : agar perjalanan perkawinan mempelai selalu mendapat dukungan , bimbingan dan berkah dari pihak keluarga serta pinisepuh.
BAB III
3.1 Tahapan pernikahan
1. Basasuluh
Istilah ini di ambil dari kata " suluh" atau obor yang dapat di artikan sebagai langkah awal atau penjajakan terhadap calon mempelai wanita dan keluarganya.
2. Batatakunan
Betatakunan adalah tahapan seperti layaknya besasuluh tetapi sifatnya lebih detail, "takun" atau bertanya tujuannya untuk memperoleh informasi mengenai mempelai wanita yang lebih spesifik misalnya "apakah si mempelai sudah memiliki calon untuk pendamping hidup atau tidak?", atau kesiapan sang gadis untuk memasuki jenjang pernikahan atau berkeluarga. Betatakunan biasanya di lakukan oleh pihak laki-laki atau perwakilannya dengan datang langsung ke pihak (keluarga) calon mempelai perempuan.
3. Badatang
Tahapan berikutnya menunjukan keseriusan pihak mempelai pria kepada calonnya yaitu dengan Badatang. Badatang atau melamar adalah semacam menyampaikan niat atau hajat si pria untuk menjadikan si gadis sebagai calon istri kepada kedua orang tuanya. Di masa sekarang, tahapan upacara perkawinan adat Banjar sudah mulai memudar, sehingga sering kali tahapan basasuluh dan betatakunan di lakukan saat acara Badatang atau melamar.
4. Maatar Patalian
Tahapan ini adalah tindak lanjut dari Badatang, mempelai pria yang sudah resmi Badatang dan di terima selanjutnya akan melaksanakan tahapan Maatar Patalian (pengikat). Patalian ini merupakan perangkat yang berisi pakaian, perhiasan, alat rias, serta berbagai barang lainnya yang di maksudkan sebagai simbol bekal sang mempelai untuk menjalani kehidupan baru berumah tangga.
5. Maatar Jujuran
Jujuran atau mas kawin merupakan sebuah prosesi yang juga dijalankan dalam tahapan upacara perkawinan adat Banjar. Jujuran atau mas kawin bisa di antar kepada pihak perempuan sebelum hari saat akad nikah ataupun sesaat sebelum prosesi akad nikah. Biasanya jujuran dalam bentuk uang, emas (cincin) dan seperangkat alat sholat.
6. Nikah
Nikah adalah proses ijab qabul (akad nikah) yang di pimpin oleh seorang penghulu agar hubungan kedua mempelai sah dari segi agama dan hukum.
7. Bapingit
Perempuan yang telah menikah akan di "pingit" atau di kurung di rumah dan tidak di perkenankan bertemu dengan mempelai laki-laki ataupun pemuda lainnya sembari mempersiapkan diri batamat Qur'an dan acara perkawinan. Dalam masa ini beberapa persiapan calon pengantin antara lain Bakasai, Batimung dan Bapacar.
Istilah ini di ambil dari kata " suluh" atau obor yang dapat di artikan sebagai langkah awal atau penjajakan terhadap calon mempelai wanita dan keluarganya.
2. Batatakunan
Betatakunan adalah tahapan seperti layaknya besasuluh tetapi sifatnya lebih detail, "takun" atau bertanya tujuannya untuk memperoleh informasi mengenai mempelai wanita yang lebih spesifik misalnya "apakah si mempelai sudah memiliki calon untuk pendamping hidup atau tidak?", atau kesiapan sang gadis untuk memasuki jenjang pernikahan atau berkeluarga. Betatakunan biasanya di lakukan oleh pihak laki-laki atau perwakilannya dengan datang langsung ke pihak (keluarga) calon mempelai perempuan.
3. Badatang
Tahapan berikutnya menunjukan keseriusan pihak mempelai pria kepada calonnya yaitu dengan Badatang. Badatang atau melamar adalah semacam menyampaikan niat atau hajat si pria untuk menjadikan si gadis sebagai calon istri kepada kedua orang tuanya. Di masa sekarang, tahapan upacara perkawinan adat Banjar sudah mulai memudar, sehingga sering kali tahapan basasuluh dan betatakunan di lakukan saat acara Badatang atau melamar.
4. Maatar Patalian
Tahapan ini adalah tindak lanjut dari Badatang, mempelai pria yang sudah resmi Badatang dan di terima selanjutnya akan melaksanakan tahapan Maatar Patalian (pengikat). Patalian ini merupakan perangkat yang berisi pakaian, perhiasan, alat rias, serta berbagai barang lainnya yang di maksudkan sebagai simbol bekal sang mempelai untuk menjalani kehidupan baru berumah tangga.
5. Maatar Jujuran
Jujuran atau mas kawin merupakan sebuah prosesi yang juga dijalankan dalam tahapan upacara perkawinan adat Banjar. Jujuran atau mas kawin bisa di antar kepada pihak perempuan sebelum hari saat akad nikah ataupun sesaat sebelum prosesi akad nikah. Biasanya jujuran dalam bentuk uang, emas (cincin) dan seperangkat alat sholat.
6. Nikah
Nikah adalah proses ijab qabul (akad nikah) yang di pimpin oleh seorang penghulu agar hubungan kedua mempelai sah dari segi agama dan hukum.
7. Bapingit
Perempuan yang telah menikah akan di "pingit" atau di kurung di rumah dan tidak di perkenankan bertemu dengan mempelai laki-laki ataupun pemuda lainnya sembari mempersiapkan diri batamat Qur'an dan acara perkawinan. Dalam masa ini beberapa persiapan calon pengantin antara lain Bakasai, Batimung dan Bapacar.
8. Mandi-mandi
Pada tahapan ini mempelai perempuan atau bersama mempelai laki laki (jika sudah menikah) melakukan prosesi mandi di alam terbuka diatas satu balai yang terdiri atas 3 jenjang yang masing-masing sudutnya terpancang tombak yang di beri lelangit (semacam atap) warna kuning. Warna kuning merupakan warna dominan dalam upacara-upacara tradisional suku Banjar yang memiliki arti Kebesaran dan Keluhuran. Di dalam prosesi ini ada beberapa tanaman yang di gunakan antara lain Tebu kuning dan daun beringin sebagai lambang pengayom, daun Kambat sebagai penolak bahaya, daun linjuang sebagai penolak setan dan pagar mayang yang mengelilingi mempelai.
Pada tahapan ini mempelai perempuan atau bersama mempelai laki laki (jika sudah menikah) melakukan prosesi mandi di alam terbuka diatas satu balai yang terdiri atas 3 jenjang yang masing-masing sudutnya terpancang tombak yang di beri lelangit (semacam atap) warna kuning. Warna kuning merupakan warna dominan dalam upacara-upacara tradisional suku Banjar yang memiliki arti Kebesaran dan Keluhuran. Di dalam prosesi ini ada beberapa tanaman yang di gunakan antara lain Tebu kuning dan daun beringin sebagai lambang pengayom, daun Kambat sebagai penolak bahaya, daun linjuang sebagai penolak setan dan pagar mayang yang mengelilingi mempelai.
9. Batamat Qur’an
Batamat Qur'an adalah kegiatan mengkhatamkan Qur'an secara bersama-sama.
10. Hari Perkawinan.
Adalah hari di sandingkannya kedua mempelai dengan mengadakan semacam selamatan atau hajatan di hadiri oleh tetangga dan kerabat serta sanak saudara. Mempelai pria biasanya akan di "arak" menuju kediaman mempelai perempuan di iringi kesenian Sinoman Hadrah.
Usai hari perkawinan pun dalam upacara Perkawinan adat Banjar masih ada tahapan yang di jalani kedua mempelai antara lain Basasarangan, Sujud dan Baailangan.
3.2 Transkip Wawancara dengan Narasumber
Pewawancara : assalamualaikum
Narasumber : walaikumsalam
Pewawancara : saya dari universitas gunadarma minta waktu ibu sebentar minta penjelesan perikahan adat Banjarmasin Kalimantan selatan ?
Narasumber :adatnya cara-caranya, pertama-tama kita melamar gadisdari keluarga laki-laki untuk melamar perempuan setelah melamar kita mengasih seserahan habis seserahan kita menuntukan watu untuk pernikahan setelah beberapa bulan
Pewawancara : apa ada lagi ?
Narasumber :repsepsi tapi sebelum repsepsi malamnya mandi-mandi lah adat kalimanta yang namanya betimung setelah itu paginya nikah itu repsepsi
Pewawancara : oh seperti it uterus apa ada lagi ?
Narasumber : sudah itu saja
Pewawancar : terimakasih ya bu
Narasumber : iya sama-sama de
DAFTAR PUSAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar