DEMI LOVATO
Semua berawal dari kelas 7th Grade, setara dengan kelas 2 SMP di Indonesia, Demi Lovato di-bully oleh teman-teman sekolahnya. Ia yang saat itu masih kanak-kanak dan innocent diledek
sebagai: “Cewe Gemuk” oleh tidak hanya satu, tapi banyak teman yang
menyebutnya demikian. Memang itu hanya dua kata yang sederhana, tapi
siapa sangka dua kata tersebut terekam kuat di otak Demi, bahkan
mempengaruhi hidupnya sampai sekarang.
Sejak usia 12 tahun (baca: dua belas tahun), Demi membenci tubuhnya. Ia menjadi seorang penderita eating disorder
yang semakin lama semakin berkembang menjadi bulimia. Bagi yang belum
tahu, Bulimia adalah gangguan pola makan yang serius, dimana seseorang
makan makanan dengan jumlah yang banyak dalam waktu singkat dan
kemudian dia membersihkan diri dari makanan tersebut dengan cara
memuntahkan kembali makanan tersebut atau dengan menelan obat pencahar.
Hal ini diakibatkan oleh keinginan kuatnya untuk menjadi kurus.
Dengan
menjadi artis, tidak membuat hidup Demi lebih baik, bahkan sebaliknya.
Ia semakin kehilangan kepercayaan diri dan malu akan tubuh yang
menurutnya ‘gemuk’ tersebut. Pola pikir ini membuat Demi mengadakan
konser dalam keadaan lapar, kehilangan suara karena muntah, dan dalam
keadaan paling buruk, ia muntah lima kali dalam sehari. “it was just blood in the toilet“ ujar Demi. Demi pun merasa risih dengan papparazi yang selalu ada di sekitarnya. Bahkan Demi merasa depresi apabila papparazi tersebut mengambil fotonya dengan angel
yang buruk, sehingga ia kelihatan lebih gemuk. Depresi ini
mengantarkan Demi untuk mulai berkenalan dengan alkohol dan mulai
menyayat-nyayat tangannya dengan benda tajam. Menurut Demi, ini adalah
cara untuk keluar dari kecemasan dan depresi yang dialaminya. “It was a way of expressing my own shame, of myself, on my own body” kata Demi.
Demi
Lovato, seperti dapat dilihat pada foto-foto diatas, tidak lagi gemuk.
Namun, apakah itu dapat membuat luka yang ditorehkan teman-teman
disekolahnya dulu, menghilang? Apakah ia sekarang dapat merasa nyaman
dengan tubuhnya? Apakah ia dapat menemukan kepercayaan diri kembali?
Jawabannya
adalah tidak. Karena menjadi kurus bukanlah solusinya. Apa yang
terluka bukanlah fisik luarnya Demi, tapi di dalamnya: hatinya.
Walaupun ia telah menjadi artis, dipuja akan kecantikannya, bahkan
jutaan wanita ingin menjadi seperti dirinya, namun tetap saja
pengalaman di-bully oleh teman-teman sekolah menghantui hidupnya. Entah sampai kapan.
Walaupun
saat ini Demi telah menyelesaikan program rehabilitasi, Demi mengakui
bahwa ia masih berusaha keras untuk sembuh dari bulimia dan depresi
yang dialaminya. “It hasn’t been easy, but it starts with a
commitment to yourself. Your mind. And your soul. And trust me, I’m
still working at it!!” kata Demi di twitternya.
Bullying
merupakan fenomena yang sangat sering terjadi dari zaman dulu hingga
sekarang. Bullying sudah sangat lumrah dilakukan oleh anak SD, SMP dan
SMA. Bullying seperti sengaja dibiarkan tanpa ada tindakan yang
berarti dari para guru dan orang tua untuk memarahi murid atau anaknya
yang melakukan bully. Tidak ada yang tahu bahwa seseorang yang menjadi
korban bullying, mungkin ia ikut tertawa diluar, namun menangis di
dalam. Siapa yang menyangka bahwa ledekan yang sering kita dengar atau
kita lakukan sehari-hari, dapat mempengaruhi hidup seseorang sedemikian
jauh, mungkin untuk sementara atau untuk selama-lamanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar