Kamis, 29 Desember 2016

Tokoh Inspiratif

                                                               DEMI LOVATO

Semua berawal dari kelas 7th Grade, setara dengan kelas 2 SMP di Indonesia, Demi Lovato di-bully oleh teman-teman sekolahnya. Ia yang saat itu masih kanak-kanak dan innocent diledek sebagai: “Cewe Gemuk” oleh tidak hanya satu, tapi banyak teman yang menyebutnya demikian. Memang itu hanya dua kata yang sederhana, tapi siapa sangka dua kata tersebut terekam kuat di otak Demi, bahkan mempengaruhi hidupnya sampai sekarang.

Sejak usia 12 tahun (baca: dua belas tahun), Demi membenci tubuhnya. Ia menjadi seorang penderita eating disorder yang semakin lama semakin berkembang menjadi bulimia. Bagi yang belum tahu, Bulimia adalah gangguan pola makan yang serius, dimana seseorang makan makanan dengan jumlah yang banyak dalam waktu singkat dan kemudian dia membersihkan diri dari makanan tersebut dengan cara memuntahkan kembali  makanan tersebut atau dengan menelan obat pencahar. Hal ini diakibatkan oleh keinginan kuatnya untuk menjadi kurus.

Dengan menjadi artis, tidak membuat hidup Demi lebih baik, bahkan sebaliknya. Ia semakin kehilangan kepercayaan diri dan malu akan tubuh yang menurutnya ‘gemuk’ tersebut. Pola pikir ini membuat  Demi mengadakan konser dalam keadaan lapar, kehilangan suara karena muntah, dan dalam keadaan paling buruk, ia muntah lima kali dalam sehari. “it was just blood in the toilet“ ujar Demi. Demi pun merasa risih dengan papparazi yang selalu ada di sekitarnya. Bahkan Demi merasa  depresi apabila papparazi tersebut mengambil fotonya dengan angel yang buruk, sehingga ia kelihatan lebih gemuk.  Depresi ini mengantarkan Demi untuk mulai berkenalan dengan alkohol dan mulai menyayat-nyayat tangannya dengan benda tajam. Menurut Demi, ini adalah cara untuk keluar dari kecemasan dan depresi yang dialaminya. “It was a way of expressing my own shame, of myself, on my own body” kata Demi. 

Demi Lovato, seperti dapat dilihat pada foto-foto diatas, tidak lagi gemuk. Namun, apakah itu dapat membuat luka yang ditorehkan teman-teman disekolahnya dulu, menghilang? Apakah ia sekarang dapat merasa nyaman dengan tubuhnya? Apakah ia dapat menemukan kepercayaan diri kembali?
Jawabannya adalah tidak. Karena menjadi kurus bukanlah solusinya. Apa yang terluka bukanlah fisik luarnya Demi, tapi di dalamnya: hatinya. Walaupun ia telah menjadi artis, dipuja akan kecantikannya, bahkan jutaan wanita ingin menjadi seperti dirinya, namun tetap saja pengalaman di-bully oleh teman-teman sekolah menghantui hidupnya. Entah sampai kapan.

Walaupun saat ini Demi telah menyelesaikan program rehabilitasi, Demi mengakui bahwa ia masih berusaha keras untuk sembuh dari bulimia dan depresi yang dialaminya. “It hasn’t been easy, but it starts with a commitment to yourself. Your mind. And your soul. And trust me, I’m still working at it!!” kata Demi di twitternya.

Bullying merupakan fenomena yang sangat sering terjadi dari zaman dulu hingga sekarang. Bullying sudah sangat lumrah  dilakukan oleh anak SD, SMP dan SMA. Bullying seperti sengaja dibiarkan tanpa ada tindakan yang berarti dari para guru dan orang tua untuk memarahi murid atau anaknya yang melakukan bully. Tidak ada yang tahu bahwa seseorang yang menjadi korban bullying, mungkin ia ikut tertawa diluar, namun menangis di dalam. Siapa yang menyangka bahwa ledekan yang sering kita dengar atau kita lakukan sehari-hari, dapat mempengaruhi hidup seseorang sedemikian jauh, mungkin untuk sementara atau untuk selama-lamanya.